Monday 27 March 2017

Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia



Tuberkulosis (TB) menjadi salah satu penyakit menular yang mematikan di dunia. Masyarakat harus mengetahui penyakit TB dapat disembuhkan. Penyakit menular ini diakibatkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).Hari TB Sedunia digagas untuk membangun kesadaran masyarakat tentang bahayanya epidemi penyakit ini di dunia. Dalam rangka mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan (The Sustainable Development Goals), penyakit ini harus dihapuskan. Dilansir dari laman Stop TB, Jumat (24/3) penyakit TB sudah menyebabkan kematian 1,5 juta orang setiap tahun di dunia, terutama negara berkembang.



Hari Tuberkulosis Sedunia atau World Tb day, akan diperingati kembali pada tanggal 24 Maret 2017. Tanggal 24 Maret 1882 merupakan tanggal dimana dr Robert Koch, seorang ilmuwan mengumumkan bahwa ia telah menemukan penyebab dari penyakit Tuberkulosis, yakni Mycobacterium tuberculosis. Pada saat itu, wabah Tuberkulosis sedang menyebar di Eropa dan Amerika, yang menyebabkan kematian satu dari tujuh orang. Untuk mengenang jasanya inilah, maka tanggal 24 Maret ditetapkan sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Peringatan Hari TB Sedunia , ditujukan untuk membangun kesadaran umum tentang Tuberkulosis serta usaha-usaha untuk mengurangi penyebaran wabah tersebut.

Tema pada Peringatan Hari TB Sedunia tahun 2017 adalah "Gerakan masyarakat menuju lndonesia bebas Tuberkulosis (TB)" bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan pemangku kebijakan dalam mendukung program penanggulangan TB serta menempatkan TB sebagai isu utama di semua sektor masyarakat. Selain itu penyebarluasan informasi tentang TB kepada masyarakat akan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian untuk mencegah penularan TB yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga.Latar Belakang dari peringatan TB Day ini adalah berdasarkan data dari WHO Global Tuberculosis Report 2016 menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222, menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia. TB di Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah penyakit kardiovaskular.

Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan memiliki target “Indonesia Bebas TB 2050”. Untuk mencapai target “Indonesia Bebas TB 2050”, peran serta masyarakat sangat diperlukan, terutama dalam membantu menemukan kasus TB dan membantu melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB sampai sembuh, agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan. Adanya dukungan dari masyarakat dapat memberikan semangat positif dan kepatuhan pasien untuk minum obat.

Cara Penularan Batuk TBC

Gejala batuk TBC menular melalui udara dari satu orang ke orang lainnya. Bakteri penyebab TBC ini menyebar ke udara saat penderita TBC batuk, bersin atau pun berbicara. Lalu, orang yang menghirup bakteri tersebut pun dapat terinfeksi bakteri penyebab TBC tersebut. Hal tersebutlah yang menjadi satu-satunya cara penyebaran dan penularan dari bakteri TBC, sedangkan banyak orang mengira berbagai hal lainnya juga dapat menjadi penyebab tertularnya penyakit TBC, padahal berbagai hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh dalam hal penularan gejala batuk TBC.

Gejala Dari Batuk TBC

  1. Batuk-batuk berlangsung lebih dari dua minggu
  2. Batuk dengan disertai darah
  3. Sakit pada dada disertai batu
  4. Sakit pada dada ketika bernafas
  5. Turunnya berat badan secara drastis dan tiba-tiba
  6.  Letih dan lesu
  7.  Keringat berlebihan di malam hari
  8.  Demam
  9. Kehilangan nafsu makan

Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang TB dan bagaimana mengakses pengobatan. Belum baiknya pengetahuan masyarakat tentang TB dan adanya pengobatan gratis bisa mengakibatkan terlambatnya mereka mencari pengobatan atau tidak berobat yang berkontribusi pada tingginya prevalensi TB.Survei memperkirakan prevalensi TB sebesar 660/100.000 atau berarti bahwa 0,65% populasi Indonesia menderita TB, atau setara 1.600.000 kasus TB, dimana tiap tahun terjadi 1.000.000 kasus baru. Sementara case detection rate hanyalah sebesar 33% atau sekitar 670.000 untuk kasus-kasus yang hilang. Program TOSS TB (Temukan TB, Obati Sampai Sembuh) yang telah dicanangkan Kementerian Kesehatan sejak April 2016 diharapkan mampu menggerakkan masyarakat untuk turut serta menemukan kasus-kasus TB baru yang ada di lingkungan sekitar dan memantau pengobatannya hingga tuntas.

No comments:

Post a Comment